PEGUNUNGAN
PATAHAN
Pada
artikel kali ini, saya akan membahas tentang pegunungan patahan. Beberapa
pegunungan memiliki puncak tunggal. Pegunungan yang lain bergabung membentuk
barisan. Beberapa barisan pegunungan muncul dari dasar laut, akan tetapi bagian
puncaknya masih tersembunyi dibawah permukaan laut.
Patahan
bumi adalah perubahan bentuk bumi yang terjadi akibat adanya tekanan tenaga
endogen yang cepat sehingga permukaan bumi tidak sempat melipat dan timbulaah
patahan. Patahan (Sesar) ini biasanya terjadi di daerah yang berbentuk
bebatuan. Biasanya patahan terjadi akibat adanya gempa bumi.
Ada
3 macam pegunungan berdasarkan cara terbentuknya yaitu pegunungan vulkanik,
pegunungan lipatan, dan pegunungan patahan. Pegunungan vulkanik terbentuk
karena batuan cair yang keluar lewat rekahan di permukaan bumi. Pegunungan
patahan dapat terjadi karena saat lempengan dataran terangkat di atas lapisan
batuan yang lain di sepanjang patahan pemukaan bumi. Sedangkan pegunungan
lipatan terjadi karena dua lempengan benua yang saling bertumbukan mendorong
lapisan bebatuan dan sedimen di atas kedua lempeng tersebut sampai terlipat.
Permukaan bumi dikenal
sebagai permukaan yang kasar. Hal ini terjadi karena muka bumi memiliki relief.
Relief- relief ini memiliki bentuk berbeda dengan ukuran yang berbeda
pula. Salah satu penyebab permukaan bumi memiliki bentuk yang berbeda-
beda adalah tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi. Tenaga endogen, membuat permukaan bumi menjadi tidak rata. Selain
itu, tenaga endogen juga menjadi salah satu penyebab perbedaan tinggi dan
rendah permukaan bumi. Tenaga endogen terjadi di darat dan laut,
sehingga menyebabkan keanekaragaman bentuk muka bumi. Salah satu dampak
dari adanya tenaga ini adalah munculnya patahan. Patahan bumi adalah perubahan
bentuk bumi akibat adanya tekanan tenaga endogen yang cepat, sehingga permukaan
bumi tidak sempat melipat. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya patahan.
Tekanan ini dapat berupa tekanan vertikal maupun horizontal. Patahan di bumi,
memiliki banyak jenis, dan setiap jenis memiliki karakter sendiri- sendiri.
Di dalam patahan
tersebut terdapat batas bidang. Batas bidang tahan tersebut dinamakan sesar.
Patahan biasanya terjadi pada daerah yang berbentuk batuan. Sesar membagi
batuan menjadi dua, yaitu Hanging Wall
dan Foot Wall. Hanging Wall adalah
batuan yang terletak di atas sesar.
Sedangkan Foot Wall adalah batuan yang berada
di bawah sesar. Batuan yang mengalami patahan, adalah batuan yang menyusun
lapisan bumi. Kedalaman patahan bisa hingga mencapai dasar samudra, serta
memiliki panjang hingga lintas benua. Terjadinya patahan, juga mengakibatkan
adanya gempa bumi. Bentuk-bentuk patahan pada bumi sendiri, terbagi menjadi 3.
Patahan vertikal, Patahan Horizontal, Block
Mountain, dan Oblique.
A.
Patahan Vertikal
Bentuk Patahan Vertikal
Patahan vertikal adalah patahan yang
terjadi akibat tenaga endogen. Patahan ini menyebabkan sesar bergerak keatas
dan ke bawah. Sesar sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sesar naik dan sesar
turun. Sesar naik adalah patahan yang bergerak ke atas. Sedangkan sesar turun
adalah patahan yang bergerak ke bawah. Patahan vertikal merupakan salah satu
penyebab relief di muka bumi memiliki tinggi yang berbeda- beda. Patahan
vertikal yang terkenal di indonesia adalah patahan semangko. Patahan semangko
berada di sumatra. Patahan ini membagi sumatra menjadi bagian barat dan timur.
1. Horst
Horst
adalah dataran yang mengalami kenaikan akibat adanya tenaga endogen. Kenaikan
dataran ini terjadi akibat adanya gerakan tektogenesa vertikal. Gerakan Tektogenesa
adalah gerakan yang berasal dari dalam bumi. Gerakan Tektogenesa memusat dan
mendorong sesar melalui dua titik ke arah atas.
Hal ini menyebabkan sesar terangkat
ke atas dan menyebabkan patahan di kanan dan kiri sesar. Horst berbentuk
seperti pematang yang lebih tinggi dari dataran di kanan dan kirinya. Horst
juga bisa disebut pematang atau lurah sesar. Horst adalah puncak dari sesar
yang terdorong ke atas.
Indonesia merupakan salah satu negara tempat bertemunya
tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia – Australia dan
lempeng Samudra Pasifik. Kondisi tersebut memungkinkan lapisan tanah di
Indonesia juga mengalami patahan. Contoh relief muka bumi yang dihasilkan dari
patahan horst yang berada di Indonesia adalah Plato Wonosari di Yogyakarta dan
Plato Dieng di Jawa Tengah.
Selain itu Indonesia juga memiliki Patahan Semangko yang
berada di antara Zona Semangko patahan Lampung. Patahan Semangko ini terdiri
dari beberapa bentang alam seperti Pegunungan Semangko, Horst Ratai dan Depresi
Teluk Belitung, Depresi Ulehbeluh dan Depresi Walima. Patahan ini membentang
dari selatan ke utara Pulau Sumatra sehingga membentuk Pegunungan Barisan.
Patahan Semangko termasuk ke dalam patahan yang relatif muda dan dapat dilihat
dengan jelas di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di Kota Padang Panjang.
Selain di Indoensia, contoh dari patahan horst yang ada
di dunia yakni Pegunungan Vosges di Perancis, Black Forest di Jerman, Horst Schwarzwald di Eropa
Barat, Charnwood Forest
di Leichestershire- Inggris, serta Trans Jordania dan Dataran Tinggi Judea di
Yordania.
Proses
Pembentukan Horst
Deformasi batuan yaitu suatu peristiwa yang menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk, volume, dan renggangan pada skala butiran. Skala
butiran sendiri adalah agregat kecil yang dihasilkan oleh mekanisme deformasi.
Proses defomasi pada batuan membuat batuan menjadi menyusut membentuk
lipatan atau retakan.
Proses tersebut disebabkan oleh adanya gaya yang menekan
pada area batuan. Jika intensitas dari tekanan tersebut lebih besar dari
pada kekuatan dalam batuan, maka batuan akan mengalami renggangan. Selain
menerima tekanan, batuan juga mengalami kompresi dan tegangan. Lapisan batuan
yang mengalami kompresi akan menjadi lebih pendek dan membentuk lipatan atau
perekahan pada batuan. Sedangkan batuan yang mengalami tegangan akan mempunyai
bentuk memanjang karena tertarik saling berjauhan. Batuan akan menjadi lebih
kuat setelah mengalami kompresi dari pada tegangan.
Tekanan pada lapisan kulit bumi oleh tenaga endogen
menyebabkan lapisan kulit bumi terangkat dan patah. Bagian atau bidang kulit
bumi yang patah disebut dengan bidang patahan. Bidang patahan tersebut akan
mengalami pergeseran atau perpindahan posisi sehingga disebut dengan sesar atau
fault (patahan). Ada dua bidang atau blok dalam sesar yakni hanging wall dan
foot wall. Foot wall adalah bidang yang terdapat di bagian bawah suatu sesar,
sedangkan hanging wall adalah blok batuan atau bidang yang berada di atas suatu
bidang yang mengalami sesar. Untuk mengetahui apakah suatu daerah mengalami
sesar atau tidak, cara yang paling mudah adalah dengan melihat ciri patahan
yaitu berupa adanya offset di daerah tersebut. Suatu daerah yang termasuk dalam
patahan biasanya mempunyai intensitas gempa yang cukup tinggi.
Lapisan batuan yang patah ada yang mengalami pemerosotan
membentuk lembah patahan dan ada yang terangkat membentuk puncak patahan.
Puncak patahan inilah yang disebut dengan horst. Horst sendiri terjadi karena
adanya gerakan jenis tektogenesa horizontal dan juga renggangan. Gerakan yang
memusat dan menekan dari dua arah atau lebih menyebabkan kerak bumi terdorong ke
atas dan menjadi lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Terdorongnya kerak bumi
ke atas menimbulkan relief muka bumi berupa dataran tinggi dan plato.
Selain mempunyai kenampakan alam seperti sungai yang
berpola rectangular dan air terjun, daerah horst juga mempunyai keterkaitan
dengan eksplorasi hidrokarbon berupa minyak bumi dan gas. Sebagian besar
cadangan minyak bumi dan gas yang ditemukan pada bagian lekukan konvensional
bumi yang berhubungan dengan horst. Dalam dunia eksplorasi minyak bumi terdapat
istilah perangkap minyak bumi.
Perangkap minyak bumi dapat didefinisikan sebagai tempat
berkumpulnya minyak bumi yang berbentuk lekukan atau konkav ke bawah sehingga
minyak dan gas bumi terperangkap di dalamnya. Salah satu jenis perangkap minyak
bumi yang alami adalah perangkap struktural yang banyak dipengaruhi oleh
peristiwa deformasi batuan yang membentuk patahan. Contoh dari eksplorasi
minyak bumi yang berhubungan dengan horst adalah penampungan minyak bumi dan
gas yang dimiliki oleh Great
American Carbonite Bank (GACB) yang dihasilkan dari berbagai horst
di dunia. Puluhan miliar barel minyak bumi juga ditemukan di horst dengan blok
besar seperti Plato Zelten dan Plato Dahra, maupun horst- horst kecil seperti
Pegunungan Bu-Attifel dan Dataran Tinggi Gialo.
2. Graben
Graben adalah dataran yang mengalami
penurunan akibat dari tarikan tenaga endogen. Penurunan ini terjadi secara
cepat. Graben terjadi akibat dari gerakan tektogenesa yang memusat, dan menarik
sesar ke arah bawah melalui dua titik. Graben menyebabkan patahan di kanan dan
kiri sesar. Graben dapat berbentuk lembah. Tekanan tenaga endogen yang berbeda,
menyebabkan bentuk grabien menjadi berbeda juga. Tekanan yang memusat, membuat
graben memiliki dasar yang lebih lebar dari pada bagian atasnya. Sedangkan
tekanan yang menyebar, membuat graben memiliki permukaan yang lebih lebar dari
pada bagian bawahnya. Graben juga bisa disebut Slenk atau Terban. Graben yang
terisi oleh air dapat menjadi danau. Salah satu contoh graben di Indonesia
adalah Danau Toba di daerah Sumatra
Utara dan Danau Tempe di daerah Sulawesi.
3. Fault Scrap
Fault Scarp
atau bisa disebut fleksur
adalah bentuk patahan yang terjadi akibat dorongan dari satu sisi saja.
Dorongan ini menyebabkan salah satu bagian sesar menjadi naik, sehingga
membentuk dinding terjal yang posisinya lebih tinggi dari pada daerah
sekitar. Fault Scarp juga
biasa disebut sebagai Cliff atau
tebing. Fault Scrap juga dapat disebutkan
sebagai dinding terjal yang dihasilkan oleh patahan yang pada salah satu
sisinya tergeser ke atas. Dan lebih tinggi. Akan tetapi, Fault Scrap ini tidak
nampak karena mengalami erosi.
4.
Pegunungan Patahan
Pegunungan patahan atau bisa disebut
Step Faulting adalah bentuk patahan yang berbentuk seperti tangga. Hal
ini terjadi akibat adanya gerakan penurunan beberapa sesar dengan tempo dan
gerakan yang hampir sama. Sesar pada bentuk tangga ini, menyebabkan gunung atau
pegunungan memiliki tangga alami untuk dinaiki.
5.
Step Faulting
Step
faulting adalah seperangkat gejala sesar turun dengan arah lemparan yang sama.
Step faulting ini merupakan sesar yang bentuknya seperti tangga, maka disebut
sesar bentuk tangga. Sebuah pegunungan yang banyak patahan secara step faulting
disebut denan pegunungan patahan.
6.
Sesar Naik
Sesar naik yaitu gejala pergeseran
atau gerakan sesar yang atap sesarnya bergerak ke atas (vertikal). Sesar ini
juga disebut dengan istilah reverse
fault atau thrust.
Sesar naik yang jarak pergeserannya sampai beberapa KM dan bagian yang satu
menutup bagian yang lain disebut sesar sungkup. Sesar naik dibedakan menjadi
dua, yaitu sesar naik yang sebenarnya dan sesar naik biasa. Beberapa contoh pegunungan
patahan yang merupakan hasil dari proses alam sesar naik, yaitu:
- Pegunungan Bukit barisan, memanjang dari Sumatra Utara sampai Teluk Semangko di Sumatra Selatan yang disebut dengan zona patahan Semangko.
- Pegunungan patahan Matano, di sulawesi memanjang mulai Teluk tolo melalui Danau Matana memotong Pegunungan Tineba dan Pegunungan Takolekaju sampai Selat Makassar.
- Pegunungan Patahan Palu-Karo, membujur dari utara melalui Palu menuju Teluk Bone, dan lain sebagainya.
Sesar Turun adalah gejala pergeseran
atau gerakan sesar yang atap sesarnya bergerak turun terhadap alas sesarnya.
Sesar turun dikelompokkan menjadi dua, yaitu sesar turun yang sebenarnya dan
sesar turun biasa.
Sesar normal dikenali juga sebagai sesar gravitasi, dengan gaya gravitasi sebagai gaya utama yang
menggerakannya. Ia juga dikenali sebagai sesar ekstensi (Extention Faulth) sebab ia memanjangkan perlapisan, atau menipis
kerak bumi. Sesar normal yang mempunyai salah yang menjadi datar di bagian
dalam bumi dikenali sebagai sesar listrik. Sesar listrik ini juga dikaitkan
dengan sesar tumbuh (growth fault),
dengan pengendapan dan pergerakan sesar berlaku serentak. Satah sesar normal
menjadi datar ke dalam bumi, sama seperti yang berlaku ke atas sesar sungkup.
Pada permukaan bumi, sesar normal juga jarang sekali berlaku secara
bersendirian, tetapi bercabang.
Cabang sesar yang turun searah dengan sesar utama dikenali sebagai sesar
sintetik, sementara sesar yang berlawanan arah dikenali sebagai sesar
antitetik. Kedua cabang sesar ini bertemu dengan sesar utama di bagian dalam
bumi. Sesar normal sering dikaitkan dengan perlipatan. Misalnya, sesar di
bagian dalam bumi akan bertukar menjadi lipatan monoklin di permukaan. Hanging wall
relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya mempunyai kemiringan yang
besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun.
8. Sesar Mendatar
Sesar mendatar adalah sesar yang
arah gerakanya atau pergeseran horizontal meskipun masih ada sedikit gerak
vertikal. Sesar mendatar ini biasanya dijumpai pada daerah daerah yang
mengalami lipatan dan pergeseran lapisan kulit bumi naik. Sesar mendatar juga disebut sebagai sesar yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan
kompresi. Posisi tegasan utama pembentuk sesar ini adalah horizontal, sama
dengan posisi tegasan minimumnya, sedangkan posisi tegasan menengah adalah
vertikal. Umumnya bidang sesar mendatar digambarkan sebagai bidang vertikal,
sehingga istilah hanging wall dan foot wall tidak lazim digunakan di dalam
sistem sesar ini. Berdasarkan gerak relatifnya, sesar ini dibedakan menjadi
sinistral (mengiri) dan dekstral (menganan).
B.
Patahan Horizontal
Bentuk Patahan Horizontal
Patahan horizontal adalah bentuk
patahan yang diakibatkan dari tekanan tenaga endogen yang bergerak secara
horiontal. Sesar yang patah, bergerak mendatar atau ke kanan dan ke kiri, sehingga
patahan ini tidak menyebabkan perubahan tinggi dari sesar. Patahan ini biasanya
hanya berbentuk garis- garis atau retakan- retakan besar yang ada di dalam
tanah. Garis - garis yang terjadi akibat patahan disebut kelurusan. Kelurusan
akan terlihat seperti garis lurus panjang melalui citra satelit. Patahan
horizontal biasanya dapat ditemukan pada daerah- daerah yang mengalami lipatan.
Patahan horizontal terbagi menjadi dua, yaitu Dekstral dan Sinistral.
1. Dekstral
Dekstral
adalah patahan horizontal yang bergerak ke arah kanan. Dekstral dapat diketahui
dengan cara berdiri di depan potongan sesar yang besar. Jika patahan tersebut
adalah dekstral, maka sesar tersebut akan bergerak ke kiri.
2. Sinistral
Sinistral
adalah kebalikan dari Dekstral. Jika Dekstral adalah patahan horizontal yang
bergerak kearah kanan, maka Sinistral adalah patahan horizontal yang bergerak
ke arah kiri. Untuk mengetahu sinistral, caranya sama dengan dekstral, yaitu
berdiri di depan potongan sesar yang besar. Jika sesar tersebut bergerak ke
arah kiri, maka patahan tersebut adalah sinistral.
C.
Block Mauntain
Bentuk Block Mauntain
Block
Mauntain adalah kumpulan patahan- patahan yang tidak beraturan.
Patahan tersebut membentuk dataran yang memiliki bentuk yang bermacam- macam.
Ada yang naik, turun, maupun miring. Hal ini terjadi dari akibat adanya
beberapa tekanan yang terjadi di satu daerah yang besar. Tekanan tersebut
membuat tarikan dan dorongan yang menghasilkan bentuk relief yang tidak
beraturan. Kumpulan patahan ini biasanya akan membentuk berbagai pegunungan.
Pegunungan ini biasanya terdiri dari balok- balok lithosfer.
D.
Oblique
Bentuk Oblique
Oblique
adalah sesar yang mengalami patahan vertikal bersamaan dengan patahan
horizontal. Gerakan ini juga disebut sebagai gerak miring. Gerakan miring
terjadi akibat adanya dua tekanan yang berbeda, terjadi dalam satu waktu dan di
satu titik yang sama. Dikarenakan gerakannya yang miring, hal ini menyebabkan
sesar berbentuk miring dan memanjang. berbeda dengan Fault scarp yang membentuk tebing,
bentuk Oblique lebih dalam dan
panjang. Selain itu, perbedaan tekanan yang didapat, membuat Oblique lebih curam dari Fault Scarp. Oblique adalah
penyebab terbentuknya palung di dasar laut, dan ngarai di daratan.
Proses diatropisme yang mengakibatkan terjadi pegunungan lipatan dan
pegunungan patahan, ternyata juga membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif
yang ditimbulkan akibat adanya proses diatropisme, yaitu :
- Terbentuknya pegunungan yang membawa manfaat bagi kehidupan antara lain mendatangkan hujan, dan menghasilkan berbagai mineral.
- Bahan mineral dari dalam lapisan kulit bumi terangkat ke atas, sehingga banyak galian tambang.
Sedangkan dampak negatifnya
akibat adanya proses diatropisme, yaitu:
- Daerah pegunungan reliefnya kasar sehingga tidak bisa dijadikan sarana untuk pemukiman.
- Daerah pegunungan lipatan atau patahan rawan terjadi adanya gempa bumi, baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik.
REFERENSI
- www.herliandika42.blogspot.com. Diakses pada hari Senin, 11 September 2017 pukul 19.45 WIB
- www.geonviron.blogspot.com. Diakses pada hari Senin, 11 September 2017 pukul 19.56 WIB
- www.ilmugeografi.com. Diakses pada hari Senin, 11 September 2017 pukul 20.00 WIB
- www.melodikucinta.blogspot.co.id. Diakses pada hari Senin, 11 September 2017 pukul 20.20 WIB
- www.gerbangilmu.com. Diakses pada hari Senin, 11 September 2017 pukul 20.37 WIB
Sangat bermanfaat sekali
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus